
salah satu pohon besar yang hidup berabad-abad di dekat desa Inan Kecamatan Paringin Selatan, Balangan.
Tanggui, alat penutup kepala wanita pekerja Balangan
Bajunjung Jualan




MANYUMPIT
Menggunakan senjata sumpit, kadangkala masih terlihat di kalangan
masyarakat Dayak Pitap Pedalaman Pegunungan Meratus, Kabupaten Balangan.Dengan senjata tradisional ini, biasa warga masih bisa memburu dan menangkap kijang, pelanduk (kancil) atau burung, serta binatang lain yang bisa dijadikan makanan keluarga


BAUSUNG
Budaya usung jinggong, salah satu budaya
unik yang tumbuh dan berkembang di desa-desa Kecamatan Paringin,
Kabupaten Balangan, sepasang mempelai sebelum disanding di pelaminan
terlebih dahulu diusung jinggong oleh dua orang penari.
Diiringi gamelan, dua orang penari sambing mengendong kedua mempelai
menari mengikuti irama gamelan ditengah pandangan para undangan yang
menyaksikan acara miritan tersebut.

Menabuh babun atau alat tetabuhan lainnya merupakan salah satu tradisi warga dayak Kabupaten Balangan ketika mengiringi tari-tarian atau yang disebut masyarakat setempat “batandik” dalam upacara aruh ganal, atau kenduri sebagai ucapan terimakasih kepada sang pencipta atas keberhasilan panen padi gunung yang dibudidayakan masyarakat setempat.

LAHUNG
Kalau warga Banjarmasin ibukota Propinsi Kalimantan Selatan mendengar kata “Lahung” adalah identik dengan sebutan perempuan nakal atau perek, atau penjaja seks komersial (PSK), tetapi kalau masyarakat Balangan mendengar sebutan Lahung maka timbul niat untuk menyantapnya karena Lahung adalah jenis buah yang langka. Buah jenis keluarga durian-durianan ini bentuknya bulat, durinya panjang-panjang dan lancip atau tajam serta warna merah kehitaman.
BUAH KHAS KALIMANTAN KIAN LANGKA
Banjarmasin,18/10 (ANTARA)-Buah-buahan khas Kalimantan yang berada di kawasan Kalimantan Selatan kian kian langka setelah pohon buah-bauah tersebut terus ditebang untuk digunakan sebagai bahan baku gergajian.
Demikian keterangan warga di bilangan Kabupaten Balangan, kepada ANTARA saat melakukan mudik lebaran, demikian dilaporkan Kamis.
Berdasarkan keterangan penduduk Desa Panggung, buah khas yang sudah langka seperti jenis maritam (buah sejenis rambutan tapi tidak berbulu), siwau (juga jenis ramburan juga tidak berbulu) asam hurang (mangga kecil rasanya manis).
Buah lain yang pohon kayunya terus ditebang, tandui (sejenis mangga tetapi rasanya sangat kecut, biasanya disenangi hanya dijadikan rujak), lahung (sejenis durian berbulu panjang dan lancip dengan warna kulit merah tua), serta mantaula (sejenis durian berklit tebal berduri besar rasanya khas).
Buah-buahan yang hanya berada di pedalaman Kalimantan khususnya di Pegunungan Meratus tersebut dicari lantaran pohonnya selalu besar, sehingga bila dijadikan kayu gergajian maka kayu gergajian dari pohon itu volumenya banyak.
“Sejak sepuluh tahun terakhir ini, kayu buahan tersebut ditebang diambil kayunya untuk dijual dan untuk bahan bangunan pembangunan rumah penduduk,” kata Rusli penduduk setempat.
Perbuuan kayu buah-buahan tersebut setelah kayu-kayu besar dalam hutan sudah kian langka pula, setelah terjadi penebangan kayu dalam hutan secara besar-besar dalam dekade belakangan ini.
Sementara permintaan kayu untuk dijadikan vener ( bahan untuk kayu lapis) terus meningkat, setelah kayu-kayu ekonomis dalam hutan sudah sulit dicari,
Bukan hanya untuk vener, kayu-kayu dari pohon buah itu dibuat papan untuk dinding rumah penduduk, atau dibuat balokan serta kayu gergajian.
Beberapa warga menyayangkan penebangan kayu buah tersebut, lantaran jenis kayu ini adalah kayu yang berumur tua.
“Kalau sekarang ditanam maka mungkin 50 tahunan bahkan ratusan tahun baru kayu itu besar,” kata warga yang lain.
Sebagai contoh saja, jenis pohon buah lahung yang ditebang adalah pohon yang ratusan tahun usianya, makanya pohon lahung yang banyak ditebang ukuran garis tengahnya minimal satu meter.
Warga mengakui agak sulit melarang penebangan kayu pohon buah tersebut lantaran itu kemauan pemilik lahan dimana pohon itu berada, sebab pohn itu sebelum ditebang dijual dengan harga mahal, sehingga oleh pemilik lahan dianggap menguntungkan.

BUMBUN


Bagi warga pedalaman Kabupaten Balangan, seperti di Desa Panggung Kecamatan Paringin, sudah menjadi kebiasaan menangkap ikan dengan membuat perangkap lebih dulu, yaitu yang disebut bumbun. Bumbun terbuat dari daun pisang kering yang disebut kelaras, ditempatkan di tengah rumpukan sampah di atas air sungai, dengan adanya bumbun maka ikan-ikan dalam air akan berkumpul di bawah perangkap itu, baru kemudian ditangkap nelayan dengan menggunakan tombak kecil yang disebut “turih”


Tapi ada pula pemyda setempat menangkap ikan hanya dengan cara menyelam dalamair, menggunakan kacamata air buatan sendiri mereka bisa melihat ikan di dalam air lalu menyumpitnya dengan alat khusus yang disebut sumpit, seperti terlihat dalam gambar di atas

MANTAULA
Ini satu jenis durian yang juga durinya lancip dan panjang-panjang disebut sebagai durian mantaula, rasanya beda dengan jenis durian kebanyakan.


BEKANTAN
Salah satu jenis satwa langka disebut Bekantan (Nasalis larvatus) yang menjadi maskot Kalsel juga hidup di hutan pedalaman Kabupaten Balangan.
Dihutan pedalaman Kabupaten Balangan, masih terlihat satwa Bekantan merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi Undang-undang. Penyebaran satwa ini sangat terbatas dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan kondisi tertentu. Dibawah ini diuraikan secara singkat mengenai apa dan bagaimana satwa ini, sehingga kita dapat melangkah untuk menjaga kelestariannya.
Nama-Latin : Nasalis larvatus
Nama-Inggris : Proboscis Monkey
Status : Dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No. 134 dan No. 266 jo UU No. 5 Tahun 1990. Berdasarkan Red Data Book termasuk dalam kategori genting, dimana populasi satwa berada di ambang kepunahan.
Di Kalimantan , jenis kera ini dikenal juga dengan nama Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau. Satwa ini merupakan Maskot Propinsi Dati I Kalimantan Selatan (SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990).
Penyebaran
Bekantan merupakan kera endemik yang hanya hidup di Kalimantan Selatan, terutama di pinggiran hutan dekat sungai, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau dan kadang-kadang sampai jauh masuk daerah pedalaman.
Ciri khas
Seperti primata lainnya, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu), kepala, leher, punggung dan bahunya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai coklat kemerah-merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan.

BAGASING
Bagasing, merupakan salah satu permainan rakyat yang hidup berkembang sejak ratusan tahun silam, permaianan ini menggunakan alat yang disebut gasing terbuat dari kayu yang diolah sedemikian rupa hingga bisa berputar kencang.
Dalam permainan bagasing ini sipemain bisa memutar gasing sekencangnya, atau bisa saja antara gasing dibenturkan satu sama lain, bila si pemain yang gasingnya berhenti duluan maka dianggap kalah

KURUNG-KURUNG
Satu jenis alat kesenian yang terbilang unik di Kabupaten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar